Jumat, 21 Juni 2013

IKHLAS (Kajian Al-Qur’an dengan pendekatan teori Motivasi)


IKHLAS
(Kajian Al-Qur’an dengan pendekatan teori Motivasi)

Menurut bahasa Ikhlas berarti membersihkan sesuatu.  Al-Qusyairy menegaskan bahwa Ikhlas adalah menyengaja melakukan ketaatan hanya karena Allah dalam rangka mendekatkan  diri kepada-Nya.  Keikhlasan dinyatakan dengan niat, dalam semua perkataan, perbuatan dan sikap, baik bersifat  lahir maupun batin. Niat harus dilakukan di awal dan terus dihadirkan sepanjang kegiatan sampai berakhirnya kegiatan tersebut. Jika terjadi penyimpangan atau perpindahan niat sebelum berakhirnya kegiatan, maka harus segera diluruskan dengan cara memperbaharuinya kembali. Imam Asy-Syuyuti dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Ikhlas itu tidak akan bisa ditanamkan dalam jiwa seseorang tanpa dengan niat.
Niat yang ikhlas yang terdapat dalam diri seseorang dalam menjalankan tugas kemanusiaanya sebagai hamba Allah Swt. merupakan bukti adanya kekuatan spiritual yang terdapat di dalam dirinya. Kekuatan tersebut akan berubah menjadi bahan energi yang dahsyat dan tidak akan pernah habis lagi tidak terkalahkan ketika dihadapkan pada berbagai tantangan dalam setiap mengemban tugas seberat apa pun. Kenapa? Karena orang yang ikhlas diback up dan dijamin langsung oleh Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. 15: 39 – 42, 38: 82 – 84).
Menurut sudut pandang teori psikologi, niat dalam kaitannya dengan perbuatan seseorang disejajarkan dengan teori motivasi, yakni An internal condition that appears by inference to initiate, activate, or maintain goal-directed behavior (suatu kondisi internal yang muncul untuk berinisiative, beraktivitas atau menjaga konsistensi kegiatan yang langsung berkaitan dengan tujuan) Motivasi sebagai pemicu, penggerak, dan penyemangat dalam melakukan suatu pekerjaan tentunya tidak akan lepas dari kebutuhan pelakunya. Berdasarkan kesadaran akan kebutuhan diri inilah kuat tidaknya motivasi seseorang akan terbentuk.
Seseorang yang kesadaran dirinya akan kebutuhan baru dalam pencapaian kebutuhan fisik akan berbeda nilai motivasi yang dimilikinya dengan orang yang kesadaran dirinya dalam pemenuhan kebutuhan sudah mencapai tingkat aktualisasi diri (Maslow’s Theory of motivation). Selanjutnya apabila kita komparasikan dengan teori kebutuhan dalam perspektif Islam dalam hubungannya dengan niat seseorang yang kesadaran dirinya akan kebutuhan baru dalam pencpaian kebutuhan jasmani yang bersifat duniawi jelas akan berbeda nilainya dengan orang yang kesadaran dirinya sudah mencapai kebutuhan ruhani yang visinya mencapai kehidupan sesudah kematian.

Niat yang ikhlas adalah pemicu, penggerak dan penyemangat dalam melakukan sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai ketauhidan yang murni. Akibatnya si pelaku mempunyai pendirian yang kokoh dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan siapa pun tidak akan dapat membelokkannya di tengah jalan. Visinya jelas mencapai ridha Allah Swt. Dan misinya juga jelas menjalankan syariat-Nya. Jalannya pun lurus, terus tanpa henti menuju hakekat kebahagiaan yang abadi.

اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَكَلِمَةَ الْإِخْلَاصِ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَنْفَدُ وَقُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْقَطِعُ وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بِالْقَضَاءِ وَبَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَلَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَفِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
Artinya:
Ya Allah…, dengan ilmu-Mu terhadap yang ghaib, kuasa-Mu terhadap apa yang Kau Ciptakan. Hidupkan aku, pada apa yang Engkau ketahui ada kebaikan pada kehidupan bagiku. Wafatkan aku, apabila Engkau ketahui pada kematian itu terdapat kebaikan bagiku. Aku minta kepada-Mu untuk dapat takut kepada-Mu dalam urusan yang ghaib dan yang nyata. Aku minta kepadamu kalimat al-Ikhlas (tetap dalam ketauhidan) dalam keadaan yang   rela dan marah. Aku mohon kepada-Mu kenikmatan yang dak habis, ketentraman hati yang tak terputus. Aku mohon keridhaan kepada-Mu dengan putusan-putusan takdir-Mu, sejuknya kehidupan sesudah kematian, indahnya perasaan hamba dalam memandang wajah-Mu, dan keriduan yang mendalam untuk bersua dengan-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari  malapetaka yang membahayakan, dan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah … hiasi kami dengan kelezatan iman dan berikan petunjuk kepada kami sebagaimana hidayah yang diberikan kepada orang-orang yang mendapat petunjuk.

0 komentar:

Posting Komentar