TAFSIR SURAT AL-DHUHA
A. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab
tentang tafsir surat Al-Dhuha, diharapkan Saudara
dapat menguasi kemampuan-kemampuan khusus sebagai berikut: Pertama menterjemahkan
teks ayat perayat dari surat Al-Dhuha dengan
benar. Kedua, mengidentifikasi dan menjelaskan kata kunci (musfradat) yang
dapat digunakan untuk menjelaskan kandungan makna dari ayat-ayat yang terdapat
dalam surat Al-Dhuha. Ketiga, Ketiga, menjelaskan
kandungan makna surat Al-Dhuha dengan benar.
Keempat, menerapkan kandungan makna surat Al-Dhuha
dalam hidup sehari-hari.
B. Materi Inti 1 Tafsir Surat Al-Dhuha
a.
Teks Ayat dan Terjemah
Artinya:
1.
Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2.
Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
3.
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
4.
Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan).
5.
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu
(hati) kamu menjadi puas.
6.
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungimu?
7.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk.
8.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
memberikan kecukupan.
9.
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku
sewenang-wenang.
10.
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
11.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.
b. Kata
Kunci (Mufradât)
Untuk
memahami dan menjelaskan tafsir Surat Al-Dhuha Saudara dapat mengambil beberapa
kata kunci (Mufradât)
sebagai berikut:
الضُّحَى/al-Dhuha = waktu dhuha. Waktu pagi hari antara terbit matahari dan
naiknya kira-kira setinggi tombak sampai condong ke barat (Al-Jazairi/IV: 409).
Menurut suatu pendapat, waktu siang seluruhnya, hal ini didasarkan pada
ayat sesudahnya yang memperlawankannya
dengan siang (Sayyid Al-Thanthawi, 4524)
الْآخِرَةُ/al-Akhirah= akhir. Akhir tidak hanya bermakna hari akhir, hari sesudah
kehancuran. Menurut bahasa bisa juga dari sesuatu sebagai lawan kata
awal.
تَرْضَى/tardha= engkau rela. Hari merasa enak dan senang karena tidak ada yang
dibencinya
يَتِيمًا/yatim= anak yatim. Seorang anak yang telah ditinggal mati oleh bapaknya
sebelum kelahirannya atau sebelum baligh. Yatim juga dapat diartikan sebagai
anak-anak yang hak keanakannya terampas.
ضَالًّا/dlallan = sesat. Lawan dari petunjuk yakni tidak makrifat agama dan
petunjuk,
عَائِلًا/’ailan = fakir. Fakir dari gemerlapan duniawi (Ibn Ajibah/VII:97)
asalnya miskin kemudian menjadi kaya.
c. Tafsir
Ayat
Surat ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah karena
diturunkan sesudah Nabi Saw. Hijrah ke Madinah. Ia diturunkan sesudah surat Al
Fajr. Sedang nama Al-Dhuha diambil dari kata yang terdapat pada ayat
pertama, artinya : waktu matahari sepenggalahan naik.
Ada beberapa riwayat berkenaan dengan diturunkannya Surat Al-Dhuha
ini. Riwayat-riwayat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut;
عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ قَيْسٍ أَنَّهُ سَمِعَ جُنْدُبًا
يَقُولُ أَبْطَأَ جِبْرِيلُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ قَدْ وُدِّعَ مُحَمَّدٌ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ {
وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى } (رواه
مسلم في صحيحه : 3354)
Dari Al-Aswad bin Qais sesungguhnya ia mendengar Jundab berkata,
Jibril lama tidak dating kepada Rasulullah Saw. Sebab itu orang-orang Musyrik
berkata – memprofokasi Nabi – Sungguh Muhammad telah ditinggalkan. Lalu
turunlah Surat Al-Dhuha ayat 1 – 3. (H. R. Muslim)
Riwayat lain dari Jundab bin Abu Sufyan bahwa ketika Rasulullah
Saw. lama tidak menerima wahyu, beliau tidak keluar dua atau tiga malam.
Kemudian datanglah seorang perempuan yakni Ummu Jamil, istri Abu Lahab berkata
kepada Nabi. Wahai Muhammad sesungguhnya aku sangat berharap temanmu
meninggalkanmu. Aku belum melihatnya dua atau tiga malam. Lalu turunlah surat
Al-Dhuha (Ibn. Katsir/8:450)
Para mufassir berkata bahwa Nabi Saw. ditanya oleh orang Yahudi tentang
Dzul Qarnain, Ashhab Al-Kahfi dan ruh. Lalu Nabi Saw. menjawab besok saya jawab
dengan tidak mengucap insya Allah. Sebab itu ditahanlah wahyu kepada
beliau. Menurut riwayat Zaid bin Aslam sebab terputusnya wahyu karena adanya
anjing (Ibn. Katsir/8:450)
Untuk mengawali informasi tentang
kecintaan Allah Swt. kepada hamba-Nya Muhammad Saw. Dia menggunakan sumpah. Ini
menunjukkan bahwa informasi ini sangat penting. Dia berfirman “Demi waktu
matahari sepenggalahan naik, Dan demi malam
apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula)
benci kepadamu”.
Pada ayat tiga di atas, sebagai jawab qasam (sumpah) Allah menegaskan bahwa Dia sebagai
Tuhan yang Maha Memelihara, tetap bersama Rasul-Nya. Dia juga tetap mencintainya.
Hal ini dibuktikan dengan ayat selanjutnya.
Allah Swt. beritakan bahwa sesungguhnya
hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan
kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi
puas. Imam Al-Thabari bahwa yang dimaksud akhirat dalam ayat empat tersebut di
atas adalah negri akhirat, sebuah negri yang dijanjikan lebih baik dari dunia
seisinya. Sebab itu tidak perlu sedih kehilangan dunia karena sesungguhnya yang
Allah berikan kelak di akhirat itu lebih baik (Al-Thabari/24:487).
Allah Swt. akan menganugrahkan sesuatu yang membuat Nabi Saw. Akan
merasa lega dan puas atas hasil dakwahnya
di dunia. Karena semua umatnya dapat terangkat dari siksaan api neraka.
Dan bukti Allah Swt. selalu dan tetap menyayangi Rasul-Nya Dia selalu menjaga, menunjuki dan menyediakan
fasilitas kehidupan Rasul. Seanjutnya
Allah Swt. menyebutkan berbagai nikmat yang telah diberikan sebelumnya.
Sebagaimana ditegaskan dalam ayat
berikut ini.
Ketiga ayat tersebut di atas
menjelaskan tentang keadaan Rasulullah Saw. sebelum diangkat menjadi rasul (Ibn.
Jarir/24:488). Allah tegaskan dengan istifham ingkari (pertanyaan
retoris) “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu
Dia memberikan kecukupan.”
Kemurahan dan rahmat Allah Swt. kepada Nabi Saw. sebelum diangkat
menjadi nabi diwujudkan dalam tiga hal yaitu perlindungan, bimbingan petunjuk
dan fasilitas hidup yang cukup. Ketiganya merupakan nikmat yang sangat besar
yang dapat menyelamatkan siapapun yang dikaruniakan kepadanya.
Untuk itu, Nabi Saw. diberikan resep (petunjuk) supaya
nikmat tersebut menjadi abadi dan tidak dicabut oleh Allah Swt. dengan ayat
berikutnya, yaitu;
Sebab itu, terhadap anak yatim
janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang dengan berbuat zdalim (aniaya)
dan menghilangkan hak-hak sebagai anak. Dan terhadap orang yang minta-minta
orang-orang yang membutuhkan bantuan finansial kepadamu, janganlah kamu
menghardiknya dengan tidak merendahkan
derajatnya dan menyakitinya atau dengan berkata baik bila terpaksa tidak dapat
memberinya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu yakni taufiq dan hidayah agama, maka
hendaklah kamu siarkan.
Menurut Al-Jazairi kandungan
makna yang dapat diambil dari surat Al-Duha antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Urusan
dunia tidak akan pernah lepas dari kesulitan dan penderitaan.
2.
Syariat
yang memerintahkan untuk membicarakan tentang nikmat yang dikarunikan kepada
hamba Allah dan musibah yang ditimpakan
kepadanya, supaya bisa bersyukur dan bersabar
3.
Kewajiban
mensyukuri nikmat Allah dengan cara mentasarufkan apa yang ditrimanya
sesuai dengan kehendak yang memberikannya.
4.
Penegasan
makan satu di antara hadis Nabi Saw.
yang mengatakan bahwa “Apabila Allah
mengaruikan nikmat kepada seorang hamba, maka akan lebih baik pengaruhnya
apabila diceritakan kepada yang lain.
terima kasih infonya
BalasHapus