Sabtu, 08 Juni 2013

Tafsir Surat adh-Dhuha



TAFSIR SURAT AL-DHUHA

A.  Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab tentang tafsir surat Al-Dhuha, diharapkan Saudara dapat menguasi kemampuan-kemampuan khusus sebagai berikut: Pertama menterjemahkan teks ayat perayat dari surat Al-Dhuha dengan benar. Kedua, mengidentifikasi dan menjelaskan kata kunci (musfradat) yang dapat digunakan untuk menjelaskan kandungan makna dari ayat-ayat yang terdapat dalam surat Al-Dhuha. Ketiga, Ketiga, menjelaskan kandungan makna surat Al-Dhuha dengan benar. Keempat, menerapkan kandungan makna surat Al-Dhuha dalam hidup sehari-hari.

B.  Materi Inti 1 Tafsir Surat Al-Dhuha

a.      Teks Ayat dan Terjemah
Artinya:
1.  Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2.  Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
3.  Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
4.  Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).
5.  Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
6.  Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
7.  Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
8.  Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
9.  Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang.
10.                  Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
11.  Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.

b.      Kata Kunci (Mufradât)

Untuk memahami dan menjelaskan tafsir Surat Al-Dhuha Saudara dapat mengambil beberapa kata kunci (Mufradât) sebagai berikut:
الضُّحَى/al-Dhuha = waktu dhuha. Waktu pagi hari antara terbit matahari dan naiknya kira-kira setinggi tombak sampai condong ke barat (Al-Jazairi/IV: 409). Menurut suatu pendapat, waktu siang seluruhnya, hal ini didasarkan pada ayat sesudahnya  yang memperlawankannya dengan siang (Sayyid Al-Thanthawi, 4524)
الْآخِرَةُ/al-Akhirah= akhir. Akhir tidak hanya bermakna hari akhir, hari sesudah kehancuran. Menurut  bahasa  bisa juga dari sesuatu sebagai lawan kata awal.
تَرْضَى/tardha= engkau rela. Hari merasa enak dan senang karena tidak ada yang dibencinya
يَتِيمًا/yatim= anak yatim. Seorang anak yang telah ditinggal mati oleh bapaknya sebelum kelahirannya atau sebelum baligh. Yatim juga dapat diartikan sebagai anak-anak yang hak keanakannya terampas.
ضَالًّا/dlallan = sesat. Lawan dari petunjuk yakni tidak makrifat agama dan petunjuk,
عَائِلًا/’ailan = fakir. Fakir dari gemerlapan duniawi (Ibn Ajibah/VII:97) asalnya miskin kemudian menjadi kaya.



c.       Tafsir Ayat

Surat ini terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah karena diturunkan sesudah Nabi Saw. Hijrah ke Madinah. Ia diturunkan sesudah surat Al Fajr. Sedang nama Al-Dhuha diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama, artinya : waktu matahari sepenggalahan naik.
Ada beberapa riwayat berkenaan dengan diturunkannya Surat Al-Dhuha ini. Riwayat-riwayat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut;
عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ قَيْسٍ أَنَّهُ سَمِعَ جُنْدُبًا يَقُولُ أَبْطَأَ جِبْرِيلُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ قَدْ وُدِّعَ مُحَمَّدٌ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى } (رواه مسلم في صحيحه : 3354)
Dari Al-Aswad bin Qais sesungguhnya ia mendengar Jundab berkata, Jibril lama tidak dating kepada Rasulullah Saw. Sebab itu orang-orang Musyrik berkata – memprofokasi Nabi – Sungguh Muhammad telah ditinggalkan. Lalu turunlah Surat Al-Dhuha ayat 1 – 3. (H. R. Muslim)
Riwayat lain dari Jundab bin Abu Sufyan bahwa ketika Rasulullah Saw. lama tidak menerima wahyu, beliau tidak keluar dua atau tiga malam. Kemudian datanglah seorang perempuan yakni Ummu Jamil, istri Abu Lahab berkata kepada Nabi. Wahai Muhammad sesungguhnya aku sangat berharap temanmu meninggalkanmu. Aku belum melihatnya dua atau tiga malam. Lalu turunlah surat Al-Dhuha (Ibn. Katsir/8:450)
Para mufassir berkata bahwa Nabi Saw. ditanya oleh orang Yahudi tentang Dzul Qarnain, Ashhab Al-Kahfi dan ruh. Lalu Nabi Saw. menjawab besok saya jawab dengan tidak mengucap insya Allah. Sebab itu ditahanlah wahyu kepada beliau. Menurut riwayat Zaid bin Aslam sebab terputusnya wahyu karena adanya anjing (Ibn. Katsir/8:450)
Untuk mengawali informasi tentang kecintaan Allah Swt. kepada hamba-Nya Muhammad Saw. Dia menggunakan sumpah. Ini menunjukkan bahwa informasi ini sangat penting. Dia berfirman “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”.
Pada ayat tiga di atas, sebagai jawab qasam  (sumpah) Allah menegaskan bahwa Dia sebagai Tuhan yang Maha Memelihara, tetap bersama Rasul-Nya. Dia juga tetap mencintainya.  Hal ini dibuktikan dengan ayat selanjutnya.
Allah Swt. beritakan bahwa sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Imam Al-Thabari bahwa yang dimaksud akhirat dalam ayat empat tersebut di atas adalah negri akhirat, sebuah negri yang dijanjikan lebih baik dari dunia seisinya. Sebab itu tidak perlu sedih kehilangan dunia karena sesungguhnya yang Allah berikan kelak di akhirat itu lebih baik (Al-Thabari/24:487).
Allah Swt. akan menganugrahkan sesuatu yang membuat Nabi Saw. Akan merasa lega dan puas atas hasil dakwahnya  di dunia. Karena semua umatnya dapat terangkat dari siksaan api neraka.
Dan bukti Allah Swt. selalu dan tetap menyayangi Rasul-Nya  Dia selalu menjaga, menunjuki dan menyediakan fasilitas kehidupan Rasul. Seanjutnya  Allah Swt. menyebutkan berbagai nikmat yang telah diberikan sebelumnya. Sebagaimana  ditegaskan dalam ayat berikut ini.
Ketiga ayat tersebut di atas menjelaskan tentang keadaan Rasulullah Saw. sebelum diangkat menjadi rasul (Ibn. Jarir/24:488). Allah tegaskan dengan istifham ingkari (pertanyaan retoris) “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”
Kemurahan dan rahmat Allah Swt. kepada Nabi Saw. sebelum diangkat menjadi nabi diwujudkan dalam tiga hal yaitu perlindungan, bimbingan petunjuk dan fasilitas hidup yang cukup. Ketiganya merupakan nikmat yang sangat besar yang dapat menyelamatkan siapapun yang dikaruniakan kepadanya.
Untuk itu, Nabi Saw. diberikan resep (petunjuk) supaya nikmat tersebut menjadi abadi dan tidak dicabut oleh Allah Swt. dengan ayat berikutnya, yaitu;
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang dengan berbuat zdalim (aniaya) dan menghilangkan hak-hak sebagai anak. Dan terhadap orang yang minta-minta orang-orang yang membutuhkan bantuan finansial kepadamu, janganlah kamu menghardiknya dengan  tidak merendahkan derajatnya dan menyakitinya atau dengan berkata baik bila terpaksa tidak dapat memberinya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu yakni taufiq dan hidayah agama, maka hendaklah kamu siarkan.
Menurut Al-Jazairi  kandungan makna yang dapat diambil dari surat Al-Duha antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Urusan dunia tidak akan pernah lepas dari kesulitan dan penderitaan.
2.      Syariat yang memerintahkan untuk membicarakan tentang nikmat yang dikarunikan kepada hamba Allah dan musibah  yang ditimpakan kepadanya, supaya bisa bersyukur dan bersabar
3.      Kewajiban mensyukuri nikmat Allah dengan cara mentasarufkan apa yang ditrimanya sesuai dengan kehendak yang memberikannya.
4.      Penegasan makan satu  di antara hadis Nabi Saw. yang mengatakan bahwa  “Apabila Allah mengaruikan nikmat kepada seorang hamba, maka akan lebih baik pengaruhnya apabila diceritakan kepada  yang lain.

1 komentar: